BERITA
PENDIDIKAN SELAMA PANDEMI
10/Dec/2020
Tidak pernah membayangkan, bahkan meng HALU- kan pun tidak terpikirkan. Inilah skenario Tuhan dalam cakupan semesta yang luas. BENCANA SEMESTA dengan TAJUK COVID 19.
Waktu itu kami sudah bersiap untuk Ujian Praktek (UPRA) bagi anak-anak kelas 6. Semua sudah siap, kebutuhan untuk pelaksanaannya pun sudah disediakan. Tiba-tiba, berita yang kemarin masih sayub-sayub di ujung belahan bumi yang berbeda itu sampai juga di negeri tercinta. Deteksi ditemukannya pasien 01 menghadirkan perubahan besar di segala bidang.
Upaya penyelamatan dengan label memutus penyebaran segera rutin digemakan oleh gugus tugas covid 19. Lembaga bentukan pemerintah yang memangku tugas besar maha berat, mengamankan seluruh warga dari keganasan virus dari Wuhan China itu.
Wajib memakai masker, rajin mencuci tangan, social distancing alias menjaga jarak itulah aturan baru yang wajib dipatuhi. Hal yang membuat kegiatan seperti terhenti adalah adanya himbauan untuk tidak keluar rumah jika tidak sangat penting. Jadilah kegiatan belajar mengajar pun dialihkan di rumah. Work for home untuk para pekerja dan study from home untuk anak sekolah.
Semua jadwal, semua tatanan mendadak berubah dan harus diubah. Sekolah menjadi sepi. Mengajar tanpa kehadiran siswa itu sesuatu banget. Biasanya ada interaksi dengan mereka. Biasanya menasehati, memotivasi, menegur dilakukan dengan behadapan, kini semua menjadi jauh. Meskipun masih bisa berinteraksi melalui virtual class seperti zoom atau goegle meet tapi rasa dan efeknya berbeda.
Tidak ada lagi keseruan dengan mereka. Selama ini murid-murid adalah keluarga ke 2 bagiku. Berbagi ilmu kepada mereka, memberi motivasi, belajar bersama bahkan mendengarkan setiap curahan hati mereka. Mereka selalu hadir dengan segala keunikan mereka. Satu dengan yang lain berbeda beda.
Bulan Maret 2020, kehadiranku di kelas tanpa mereka bahkan kami, para guru bergiliran untuk WFH. Ketakutan dan kengerian akan wabah corona membuat semuanya patuh terhadap anjuran pemerintah.
Jadilah sekolah yang biasanya ramai, kantin yang biasanya penuh teriakan mereka yang kelaparan, lapangan yang dahulu selalu penuh dengan mereka yang berkejaran, kini senyap. Tak satupun sosok mereka berkelebat.
Pagi memang tetap hadir, namun tak ada lagi yang datang terlambat. Tak ada lagi sanksi buat pelanggaran mereka. Pertanyaanya, masih berjalankah pendidikan karakter yang selama ini kami tanamkan dan biasakan? Ketika kami melaksanakan pembelajaran yang sesungguhnya. PPK kami jalankan dengan disiplin tinggi. Melanggar berarti mendekati mereka. Mengajaknya bicara, mencari penyebabkan. Berbicara dari hati ke hati. Membantu mereka mengatasi setiap kelemahan dan mendampingi mereka menyelesaikan persoalan-persoalan mereka. Semua yang dilakukan semakin menguatkan ungkapan bahwa guru adalah orang tua mereka ketika di sekolah.
Inilah yang benar-benar hilang. Memang bimbingan bisa dilakukan secara virtual namun sungguh tidak bisa menggantikan arti sebuah KEHADIRAN NYATA. Mereka rindu, kami pun rindu. (NikenDe)
Bertemu dengan anak dan orang tua secara virtual.
Mendampingi siswa dari jarak jauh